Percikan api membuat tangan Nindu terasa panas. Nindu mengganti dan menyalakan lilin untuk percobaan kinerja ilmiah kelas tiga pagi hari ini.

“Miss Nindu bagaimana perkembangan daur hidup lalat? saya tidak tahu media yang mau dipakai,” tanya Sari.

“Kalau begitu, apa yang harus saya lakukan untuk berhasil mengamati daur hidup lalat?” Kembali Sari menanyakan.

Nindu menjawab dengan baik pertanyaan anak didiknya,” Okay, letakkan pisang yg sudah membusuk dalam gelas plastik. Biarkan saja di dekat tempat sampah atau daerah yang lembab supaya dihinggapi oleh lalat, kita tunggu yaaa, tetap semangat!”

“ Horeee, ayokk kita praktikkan segera Miss!” kompak anak anak menjawab.

“Segera kita ke tempat laboratorium IPA. Bawa alat dan bahannya. Merapaaaat!” jawab Nindu.

Anak-anak dengan gembira melaksanakan kinerja praktik hari ini. Dari menaruh media pisang sampai proses pengamatan selesai seminggu kemudian.

“Miss, saya izin pergi ke laboratorium ya untuk lihat apa sudah ada telur lalat disana,” Cindi bergegas melihatnya. Lalu berturut turut anak anak yang lain mengikuti dari belakang.

Beberapa menit kemudian, suara mereka mulai berisik di kelas. “Miss, punya Nathan sudah ada larvanya. Betul banyak lagi larvanya,” anak anak cerita dengan penuh kegairahan.

“Fantastis mereka bergerak gerak dengan lembut. Ekornya Ih jijik ah aku,” kata Sion.

“Huekkk,” Alvin muntah Miss

“Waduh, baju kamu basah juga berbau kena muntahanmu Vin,” seru Vania.

“Lah, bagaimana bisa. Cepetan bersihkan di wastafel. Segera ke Bu Rina minta cadangan baju ya,” perintah Nindu.

“Ah Miss itu kebiasaan Alvin, sedikit sedikit muntah. Sudah dari dulu.” Kata teman-temannya

“Bilang mas Irfan kita butuh pengepel ya, biar cepet kesini.”

“Syiap Miss, laksanakan. Nanti ku pel sendiri aja,” kata Alvin.

“Okay, kegiatan ini melalui berbagai proses daur hidup lalat. Dari telur, larva, pupa ya. Jangan kuatir ada masa puasa seperti kalian juga. Yaitu saat fase pula!”

“Sampai disini, pertemuan ini. Kita akan amati perkembangan lalat ini besok ya.”