Dianawati

Berkah Dalem...

Selengkapnya
Navigasi Web
Antara Menabur dan Menuai
Hari19#TantanganGurusiana

Antara Menabur dan Menuai

Pagi ini Nayla mulai berkemas menuju pameran seni. Badannya terasa letih lesu tak bergairah. Namun hatinya penuh amarah. “Uasemmmm,!” Umpatnya sambil membawa hasil lukisan Wanita Tua untuk Bu Renggo yang sudah terkemas apik. Kursi yang tak tahu sebab musababnya kena tendang kakinya. Gubrakk!! “Dikerjain aku rek!” kesalnya sampai ke ujung rambut. Nay menuruni tangga rumahnya menuju rumah depan, tempat tinggal Bu Renggo. Tinggal setapak lagi namun rasa bergemuruh yang meluap luap didada hampir tak terbendung. Pagar besi warna puith tinggi sudah di depan mata Nay. Terkunci! Namun ada mobil Jeep hijau terparkir di garasi rumah Bu Renggo. Ada tamu juga. Nay memencet bel rumah itu sebanyak 1x namun tidak ada yang keluar juga. Pencet lagi tudak ada juga. Nah yang ketiga kali ini jika tidak dibukakan pintu pagar maka Nay ambil keputusan akan ditinggalkan lukisan Wanita Tua ini. Lampu tengah menyala dan ada suara musik lirih terdengar. Masih tidak dibukakan pintu juga. “Nggapleki!” Entah berapa kali sepanjang pagi ini sudah keluar dari mulut gadis itu.

“Eh non Nayla, silakan masuk,” sapa Pratiwi pembantu Bu Renggo. Masih muda umur belasan, tapi nasibnya kurang beruntung karena putus sekolah.

“Terima kasih Tiwi, saya mau ketemu ibuk ada?” sapa Nay kalem.

“Ada Mbak, tapi masih ada bapak. Baru datang semalam.” Pratiwi meminta Nay menunggu di ruang tamu.

Nay melihat ruangan tamu yang penuh ornament suku Dayak. Ada kerajinan dari manik manik yang tertata rapi, senjata mandau di tembok dan miniatur Tugu Khatulistiwa. Lima menit kemudian, Bu Renggo terlihat keluar dari kamar mengenakan dress ungu dengan harum lulur melati.

“Ow, dek Nayla. Maaf ya lama menunggu, habis bapak baru datang. Nyiapin makanan di dapur,” ujar janda itu kemayu. “Buaapak gundhulmu atos!” batinnya, ingat hubungan gelapnya di belakang istri sah pak Doni.

“Terima kasih sudah membuatkan saya lukisan ini. Memang ini bukan untuk saya. Tuh mau dikirim ke ‘mbak', hmmm istri bapak,” Bu Renggo menjelaskan dengan hati-hati. “Memang saya bilang sama bapak supaya dikasihkan istrinya. Dari saya. Biar tahu keberadaan saya,” mengatakan dengan wajah berbinar-binar.”Mungkin dek Nayla sudah dengar kabarnya kan. Saya juga wanita ingin diakui apalagi sudah punya anak dari bapak.” Bu Renggo semakin menyakinkan diri menjadi bagian dari pak Doni. Tak peduli perasaan istri sah dan anak anak pak Doni. Lukisan itu benar-benar dikerjakan dengan sepenuh hati. Ternyata untuk memuaskan perasaan bu Renggo terhadap istri sah pak Doni. Duh duh aduh dunia dunia!

Nayla hanya diam dan menggangguk. Jelehi kabeh. Yang jelas siapa menabur, ia akan menuai hasilnya. Sedih mau curhat ke siapa kebenaran ini?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

siapa menanam pasti memanen

02 Feb
Balas

Nggih Pak

02 Feb



search

New Post