Dianawati

Berkah Dalem...

Selengkapnya
Navigasi Web
Topeng Kebohongan
Hari10 #Tantangangurusiana

Topeng Kebohongan

"Ya, itu menyenangkan. Dia berbakat alami sebagai pekerja seni." Carien mengucap pelan kepada laki-laki itu dengan pandangan tak beralih dari wajahnya. Matanya yang bulat berbulu lentik mengisyaratkan sesuatu tanda. Bibir merahnya mengatakan, "Kudengar waktu dia dilahirkan hujan turun dengan lembut dan langit berpelangi. Makanya dengan suasana alam yang indah dia menjadi gadis…"

"Perkasaa!" Teriakan Rangga memotong kalimat Carien. Akhirnya mereka tertawa bersama sama pada sebuah taman di sore hari dengan binar cahaya matahari masih hangat dan angin berhembus sepoi-sepoi.

Suara kicau burung di antara pepohonan hijau yang rimbun terasa sunyi. Tiba-tiba, suara ponsel berbunyi dari ponsel Carien terus menerus. Siapapun yang berada di saluran ponsel tampaknya tidak mau menyerah. Ia meraih ponselnya dengan jari, membuka kuncinya dengan usapan yang enggan dan berkata," Halo," suara Rien merdu dan manis. Suara Nayla terdengar dari jauh. "Carien, kau benar-benar harus datang ke Surabaya tanggal 23 Januari bulan depan! Kau sahabat terbaikku. Hari itu Mbak Rosa di tahbiskan jadi biarawati dan aku wisuda pascasarjana. Dua perayaan sekaligus!"

Carien tertawa dan berkata, "Aku tidak lupa say walau studi di negeri China. Rumahmu di Ketintang Madya, bukan?"

"Benar!" Lusa nanti kukirimkan alamat lengkapnya ke ponselmu ya." Nayla berdiri di balkon rumahnya. Di telinganya terpasang giwang seberat 1,5 gram emas 24 karat bermata berlian eropa juga terhubung earphone berwarna ungu. Kata-kata spontan namun tegas keluar dari bibirnya yang berwarna merah ceri tua. Kata-kata itu tak ayal lagi membuat lawan bicaranya keder jika melakukan kesalahan. Wajahnya mempesona membuat orang welcome kontras dengan tutur katanya yang galak.

Nayla duduk dihadapan Carien, mengamatinya dalam diam tak berkata sepatah katapun. Cigaret putihnya masih berasap saat dihisap dan dimatikan beberapa menit yang lalu. Sedang Carien duduk dengan tangan dan kaki yang bergerak-gerak tanpa sadar. Resah hati dan tak nyaman, seakan akan suhu kafe itu 40 derajat Celcius. Panas. Dan keringat mengucur deras pada wajahnya di area smoking itu. Dengan suara berat Nay bertanya pada sahabatnya. Setelah menyeruput pesanan kopi cethe, Nay meninggikan suaranya.

"Jancok Rien, awakmu!" Umpat Nay. Kepala Nayla geleng-geleng sendiri di hari perayaan yang seharusnya bahagia menjadi perpecahan keduanya. Sedang ekspresi datar wajah Rien seakan tidak setuju atas tuduhan sahabatnya itu. Khawatir jika menyatakan alasan malah dikira membela diri. Tapi ada sesuatu diujung hati kecilnya menyetujui untuk menyatakan kebenaran.

"Aku menunggu moment ini supaya bisa bertemu kamu dan Rangga. Malah kabar yang bikin aku kaget dan marah. Apa benar kamu tak ada hubungan dengan Rangga? Rangga...dia? Kamu menyukainya?" Nay bertanya tanpa koma dan lugas. Carien tergagap namun bisa menguasai diri.

Carien juga terbakar emosinya karena umpatan Nayla. "Apa maksudmu Nay?!" Meninggikan suara dengan nada tidak terima. "Aku gak lapo-lapo. Tanya Rangga. Aku mengejar studiku selesai. Aku tahu kamu ada hubungan dekat dengan Rangga. Tidak mungkin aku menggoda Rangga,” sanggah gadis itu.

Nayla tertawa dingin sebelum berdiri pergi menjauh dengan gusar.

"Tidak mungkin kamu selugu itu. Dan beraninya mengambil segalanya dariku!" Sambil meletakkan cangkir kopi cethe lalu pergi meninggalkan Rien. Tapi lalu berbalik dan berkata, "Aku sudah menahannya selama dua tahun! Tidak untuk kali ini." Ia merentangkan sebuah cincin berlian klasik berwarna putih di jari manisnya. Sebuah senyum kebanggaan diri merekah di wajahnya. "Serius, jagalah hati. Jangan kau nodai persahabatan ini! Hilangkan topeng kebohonganmu. Jujur saja itu yang kumaui.” Lalu pergi meninggalkan Rien tanpa menoleh.

Rien berusaha melangkah mengejar Nay, namun diurungkannya niatan itu. Mungkin aku keliru dengan membunuh cinta dia dan dirimu. Carien tersentuh hatinya. "Maafkan aku, memberi bimbang hati Rangga. Tak mungkin pula melepas kasih antara Rangga dan Nayla. Ingin kuakhiri dan membawa dia kembali, " tuturnya mohon ampun tertunduk lemas. Rien teringat akan lirik sebuah lagu populer tahun 90-an.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap jiwa...

24 Jan
Balas



search

New Post