Dianawati

Berkah Dalem...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sang CEO
Hari11 #Tantangangurusiana

Sang CEO

Reynata Evensy Nayla terkenal dengan julukan Smart dan Perfect Girl. Biasa dipanggil Reyna. diberi julukan itu karena pada umurku yang bisa dibilang masih sangat muda, sudah lulus kuliah, duluan dengan teman sebayanya.

"Kenapa selalu ada saja seseorang yang aku percaya “mengkhianati”, sehingga membuatku dibuang oleh masyarakat sekitar. Carien? Sudahlah gak usah getun, jarno. Biarkan saja!" Ucapnya sambil menggerutu. Carien sebar gosip jika ia sebagai joki di ujian akhir tes psikologi sekolah ikatan dinas. Akhirnya setiap hari ada saja dering telepon nyasar menanyakan kesanggupannya.

Pagi ini, cewek perfect itu masih beradu kekuatan bersama tempat tidurnya seakan-akan sudah menjadi kenyamanan lahir dan batin. Sampai terdengar suara teriakan seorang wanita paru baya berkali-kali semangkin mendekat.

“ Bangun Neng Nayla, ini udah mau jam 6 pagi!” teriak bibi Nah dari depan pintu kamar yang terbuka.

“ Ihh….. 5 menit lagi Bi.” Jawab Nay dengan nada melas sembari memeluk guling tercintanya berputar kesana kemari.

Bi Nah melihatnya dengan pandangan heran dan juga kesal dengan anak gadis satu ini, sifatnya kayak kebo! Akhirnya Nay bangun dengan mata masih terpenjam, tangan kirinya menyabet paksa handuk yang dihanger. Prakkk, suara daun pintu kamar mandi terbuka dan segera masuk. Namun 10 menit berlalu tiada terdengar gemericik suara air. Bi Nah berjalan mendekati kamar mandi. Telinga bi Nah ditempelkan ke daun pintu. Lalu terdengar teriakan," Nenggggg Naylaaaaaaaa…….!"

"Sebenarnya ada Ibu, bu Cahaya yang memasukkan proposal PKL ke pabrik baja itu. Saya tidak enak, sebab bu Cahaya sudah mengorbankan waktunya untuk mendampingi anak-anak praktik kerja lapangan. Dia memiliki karir yang cemerlang di yayasan kita. Wajib bangga dong kita," ucap Nay pada kepala sekolah. " And yes, I do very proud her." Argumen Nay menohok kepala sekolah, yang selama ini tidak respek kepada bu Cahaya salah satu guru honor tempat Nay mengajar. "Maka dari itu saya mendukung habis-habisan. Ibu tahu kan? Kemarin dia baru saja dikontrak oleh majalah Media Wisata ternama sebagai editor tamu." Nay menyadari perubahan wajah kepala sekolah seperti bosan mendengar penjelasannya.

Nay berjalan menyusuri boks buku di sebuah mall terkenal. Nun jauh disana ada makhluk gagah yang duduk di lantai sambil asyik membaca buku. "Wow, pak Joni," intip Nay di sela sela kacamata minusnya. Mau menyapa, sayang juga dilewatkan pemandangan yang jarang sekali ada seperti sekarang. Pak Joni salah satu guru honor yang jadi idola di sekolah. Baik siswa maupun gurunya. Selain tampan, ramah, dan smart, dia juga humoris. Ponsel dalam saku Nay secepat kilat diambilnya. Cekrek, cekrek, cekrek! "Wah, dapat juga fotonya!" Jeritnya girang menebar senyum.

Terdengar suara 'ting' mesin kasir yang terbuka membuyarkan lamunan Nay. Ia harus menyerahkan proposal penampilan siswinya dalam panggung perayaan Imlek besok. Sekalian ajang promosi sekolah pada khalayak luas. "Siang Mbak, boleh bertemu dengan pak Najib, saya ada jadwal bertemu sekarang," tanya Nay ramah pada petugas berbaju merah. Tak kalah ramah petugas itu mempersilakannya untuk menunggu. Pak Najib belum muncul juga, sudah 15 menit berlalu. Gadis itu memutar bola matanya dan melirik sebal, lalu menggerutu. "Jam karet!" Lalu mengambil majalah berbahasa Jepang, hurufnya terlihat rumit. Diletakkannya kembali majalah itu dan berkeliling dalam ruangan yang sejuk. "Huh, gimana Indonesia mau maju? CEO nya saja seenak udel janjian dengan orang!" Gerutu Nay tidak sabar dan sudah berjanji akan protes dengan korupsi waktu sang CEO. "Disiplin. Disiplin! Waktu adalah uang. Ibadah adalah wajib," gumam dia sendiri seperti orang kalap. Tapi tak lama kemudian petugas itu mendatanginya." Ibu, maaf menunggu terlalu lama, silakan masuk ke ruangan sebelah kiri ya," sapanya dengan lembut. "Baik, tapi saya mohon lain kali jangan biarkan saya menunggu lama ya, saya banyak pekerjaan. Belum lagi siswa saya menunggu," jawab Nay terus terang. Dengan senyum petugas itu tetap menjawab ramah," Baik Ibu, mohon maaf membuat menunggu terlalu lama. Silakan pak Najib sudah menunggu." Nay menggangguk dan berjalan mencari ruangan yang bertuliskan Ir. Najib J. Natanegara, MM. Hatinya girang, "Nah, ketemu juga ruangan pak Najib." Biar, akan kuprotes dia membiarkan aku menunggu," Nay berkata lirih sambil mengetuk pintu. Tok tok tok. "Selamat siang Pak Najib," sapanya. Namun yang dilihat punggung laki-laki duduk di kursi membelakangi meja. Di atas mejanya tertulis papan nama Najib J. Natanegara. "Ohh, sedang mengetik dokument rupanya. Siang Pak," seru Nay lagi. Dan laki-laki itu langsung membalikkan kursinya dan menjawab, "Selamat siang Ibu Nayla, maaf membuat anda menunggu!" Dan Nay terkejut bukan main. OMG! matanya tak percaya, mulutnya menganga…."Pak Joniiiiii…..?!" Yah nama lengkap CEO itu Najib Joni Natanegara. Wajah Nay sudah berwarna warni lalu berganti jadi putih bersih alias pucat campur hati yang dag dig dug.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post