Dianawati

Berkah Dalem...

Selengkapnya
Navigasi Web
Penasaran
Hari12 #Tantangangurusiana

Penasaran

“Bik Nah ada apa tuh depan rumah ramai banget?” Nayla bertanya sambil mulutnya tak henti makan dimsum panas kukusan bik Nah barusan. Nay menatap lukisan arah 45 derajat darinya berdiri. Lukisan itu memerlukan sentuhan lihay tangan Nay menjelang dua hari dikirim. Mumpung tempat ngajarnya sedang liburan semester, mencari uang saku menjelang keberangkatan ke Jelajah Literasi Singapura. Ia saat ini sedang mengerjakan pesanan lukisan Wanita Tua milik Bu Renggo. Ternyata setelah cas cis cus diketahui rumahnya tak jauh dari komplek perumahan. Janda anak satu depan rumahnya. Rupanya bunyi nyanyian cacing yang keroncongan di perut Nay sudah mengirim sinyal alarm ke otak, maka bik Nah disuruhnya segera ke pasar untuk belanja dan masak kesukaan Nay.

“Bibik, tolong masak rawon dong! Kuahnya yang banyak kluweknya ya dan cari daging lapis tiga ada sedikit lemaknya. Taoge yang muda, belum keluar akar dan cari tempe yang bagus jangan yang asem. Sambalnya digoreng pakai terasi. Kerupuk jangan lupa Bik!” nyerocos mulutnya bagai KRL dengan terus memandang keramaian rumah bu Renggo.

“Neng, maaf duitnya kurang atuh. Masak beli daging dan sebagainya cuma 100 ribu,” kata bik Nah sambil mengambil kantung rotan untuk berbelanja.

“Iyaaa, ambil aja di bawah taplak dekat kulkas Bik. Aku penasaran depan rumah bu Renggo kok ramai dari tadi,” Nay masih mematung berdiri di balkon mengintip ada laki-laki berseragam mendatangi rumah berpagar tinggi dan bernuansa hijau depan rumahnya.

“Bik, coba turun ke bawah. Berhenti depan rumah. Tanyain, nguping tipis-tipis aja. Ada berita apa kok ramai, jangan sampai lukisan Wanita Tua yang kukerjain tidak dibayar bu Renggo,” suruh Nayla.

Eh tak dinyana bik Nah menyahut, ”Alahh kepo nih ye,” tertawa terkekeh sambil meledek gadis itu. Nay melotot matanya, lalu mengedipkan mata. “Beress...fulus, fulus dua lembar merah!” Bik Nah meletakkan tangan di pelipis lalu berkata, ”Asyiapp bos besar!” mereka tertawa terbahak bahak sebelum terdengar suara teriakan perempuan dari depan rumah.

“Aku tidak mau! Kamu campakkan aku. Makanya kukirim pesan ke istrimu mas.” Terdengar suara bu Renggo teriak sambil terisak menangis. Lalu ada suara laki-laki itu.

“ Iya dek Renggo, aku paham tapi bagaimana aku harus bersikap pada istriku nanti. Kalau ada apa apa, kepala kantorku juga tahu. Kamu sendiri yang rugi nanti. Kalau aku dipecat sebagai APS.”

Telinga Nay menempel pada dinding, bik Nah juga tak kalah menyusul memasang telinganya di depan Nay sambil nguping keributan di rumah Bu Renggo. Dan mereka berdua saling memandang dan sssttttt secara otomatis telunjuk tangan masing masing ada di bibir. Begitu kepo, rasa ingin tahu kadang mengalahkan segalanya. Jangan main api, nanti terbakar. Okehhh...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hahaha... nguping ya.

26 Jan
Balas

Iyaaaa hahaha, kepo bgtzz Bun

26 Jan

Menu rawon ganti sop janda aja qmn..bun

26 Jan
Balas

Boleh boleh Pak, pedes

26 Jan



search

New Post