Dianawati

Berkah Dalem...

Selengkapnya
Navigasi Web
Asmara Terlarang Pak Doni dan Bu Renggo
Hari15 #Tantangangurusiana

Asmara Terlarang Pak Doni dan Bu Renggo

“Yoel, kemarin Miss sudah bilang kan. Jujur!” Nay yang duduk di belakang meja guru berjongkok berhadapan langsung dengan muridnya itu

“Kotak pensil Tommy di mana?” Tutur Nay dengan lembut

“Oh saya tidak tahu. Setelah ekskul pencak silat, di laci mejaku sudah tidak ada. Tadi saya pinjam, tapi sudah dikembalikan kok,” elaknya

“Tommy belum menerima kotak pensilmu. Coba bawa sini,” suruh Nay. Agak gelagapan Yoel antara mau mengambil atau tidak. “Saya beli di toko buku Idola semalam sama mama.”

“Yang benar mana, beli atau tidak? Kapan?”

“Semalam Miss,” celingukan, matanya tidak berani menatap.

“Miss Nayla mau telepon namamu Yoel, benar tidak kamu dibelikan kotak pensil,” menahan kesabaran.

Yoel tertunduk. “Maaf Miss, saya dikasih teman.” Hmm geregeten Nayla bikin tak rujak cingur!

“Yang benar yang mana Yoel?!” Nayla sudah teriak. Tapi semakin teriak bukan kejujuran yang didapat. Malah semakin diam. Nay memutar otak bagaimana cara muridnya itu mengakui.

“Yoel,” panggil Nay . “Miss, janji rahasia ini untuk kita berdua. Okay. Dan mamamu tidak bakalan tahu. Sekarang katakan kamu ngambil kotak pensil Tommy tidak?” Trik Nay untuk mengatakan sebenarnya. Melihat Yoel masih ragu-ragu mengatakan. Tapi matanya sudah mau melihat Nay.

“Coba ambil kotak pensil yang mirip dengan punya Sion!” Yoel mengambil

“Ini kotak pensilmu?” tanya Nay

Yoel menggelengkan kepala. Hmmmm. Dapat!!!

“Itu punyaku,” katanya sambil menunjuk dalam tas dan mengambil kembali ke meja Nayla.

“Lain kali tidak boleh menginginkan milik sesamamu Yoel,” nasihat Nay. Yoel menggangguk. “ Segera minta maaf ke Tommy ya.”

“Baik Miss, maafkan saya sudah berbohong,” Yoel mengungkapkan ketulusannya. Penanaman karakter kelas dasar bukan hal mudah. Puyeng dah.

Nay memarkir mobilnya buru-buru segera masuk rumah mengambil cucian menumpuk untuk di loundry. Karena cuma sebentar, ia cari Bik Nah langsung ke dapur. Ternyata...

“Apa Bik Nah? Jalinan asmara terlarang mereka hampir 10 tahun? Sudah punya anak perempuan?!” Mata Nay melotot, mulutnya menganga, kaget. Ikut puyeng.

“Ngapain non? Bik Nah juga terkejut.” Sambil menyapu lantai rumah meneruskan ceritanya. “Waktu beli sayur tadi pagi, kabarnya bu Renggo sudah eng ing eng,” wanita itu sampai muncis mulutnya kalau cerita

“Apaan tuh bik? Ada ada saja bibik nih, Nayla tak tertarik lagi dengan gosip murahan itu.”

“Iidih benar non, Bu Renggo belum lama ini nyusul ke Sumatera tempat tugasnya pak Doni,” cetus Bik dengan semangat bercerita. “Nyusul liburan ke sono, makanya istri sah pak Doni dilarang sama si bapak itu main ke Sumatera. Bodoh ya, kok nurut saja istrinya itu.” Pikiran Bik Nah mulai alay menerawang jauh, termenung terdiam dan berkaca-kaca matanya. Malang benar nasibnya.

“Hushh! Sadar, sadar ini planet mana!” Nay tertawa dan menepuk pundak wanita itu.

“Pak Doni, namanya tuh aparat?” tanya gadis itu seraya mencari kanvas dan cat akrilik yang semalam baru dibelinya di sela sela meja. “Trus?”

“Ya sudah, Bu Renggo ingin diakui. Tidak mau jadi simpanan. Akhirnya dia kirim pesan itu ke istri sahnya pak Doni.”

Sahut Nay,”Wah, julid dengan status orang!”

Bik Nah langsung merengut. “Apaan itu, gak ngerti non?”

“Ooh, julid atau binjulid dalam bahasa Sunda intinya resek, nyinyir dan kepo dengan status orang,” jelas Nay. “Tuh, yang populerkan artis terkenal istilah itu.”

Tapi bik Nah langsung menyahut,” Siapa yang kepo Non, beneran cerita pak Doni ituuuuu?! Ternyata anak Bu Renggo itu hasil hubungannya dengan pak Doni.” Seperti membenarkan gosip itu.

“Ahhh udahlah bik, malah dosa ngomongin orang. Yang penting ini nih,” tangan nih menunjuk lukisan Wanita Tua pesenan Bu Renggo. “Bik, beberapa lukisan masih disimpan di galeri seni minta mang Udel bawain ke bawah ya. Jangan khawatir nanti akan kutanya Bu Renggo sendiri Bik, saat ketemu. Hahahaha..”

Bik Nah malah mendekati Nay sambil berbisik,”Istri sah pak Doni mau ke kantor melaporkan pak Doni kepada atasannya. Karena selama ini merasa dibohongi, ia tidak tahu.”

“Bakalan ramai dong!” Nay menimpali sekenanya bersiap-siap berangkat loundry pakaian dan mengajar les privat. “Sudah Bik, nanti jadi fitnah. Belum tahu kejelasannya,” kata Nay

Akhirnya bik Nah berhenti dengan sendirinya. Kalau Nayla tak menyuruhnya nguping tipis tipis gosip Bu Renggo, malas juga ngerumpi di bawah. Huh dasar! bukan Nayla kalau sudah dapat info terus melarikan diri dari topik pembicaraan bu Renggo si janda anak satu. Bilang terima kasih saja ngapa ?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post