Dianawati

Berkah Dalem...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jalan Tak Berujung
Hari7#Tantangangurusiana

Jalan Tak Berujung

Begitu banyak hal yang dipikirkan Nay. Kali ini ia mulai berbenah untuk pindah rumah mendekati tempat mengajarnya. Jauh dari tempatnya kuliah. Tapi tak apa-apa tinggal menyelesaikan skripsinya untuk mata kuliah terakhir. Naylah kuliah sambil mengajar menjadi guru sekolah menengah atas sejak sebulan lalu menggantikan Bu Khotijah cuti hamil. Walau perjalanan yang ditempuhnya cukup menyita waktu tapi biarlah yang penting uang SPP kuliahnyz tiap semester bisa aman. Sementara pagi hanya beberapa jam mengajar karena diperbantukan di SMA. Ram pun menyetujui dengan alasannya ilmunya biar gak mandeg di sekolah dasar.

Tapi kini yang dihadapinya sepasang kekasih Puput dan Aji. Murid kelas XII IPA1. Bikin puyeng kepala. Mereka tumbuh bersama di sekolah, maupun di rumah. Puput dapat beasiswa sekolah karena prestasinya berasal dari keluarga anak kurang mampu dari orangtua berjualan gorengan keliling. Ibunya di rumah. Sedang Aji orangtuanya kerja serabutan. Ibuberusaha minta tolong pada yayasan untuk diberikan keringanan. Yayasan memang memberikan keringanan setiap tahun pada tiga orang murid yang tidak mampu. Pada tahun Aji dan Puput masuk, merekalah diantara murid itu.Mereka bersekolah di SMA Panggung yang letaknya kurang lebih 2,5 kilometer dari pemukiman, sebuah gang sempit. Orang tidak akan mengira bahwa dibalik gedung dan pasar sentral yang megah dan ramai ada tempat tinggal kumuh. Itulah tempat tinggal Puput dan Aji hanya berjarak 4 rumah. Jadi akhirnya mereka bersahabat karib sejak kecil, selain bertetangga, juga teman-teman memandang sebelah mata. Akhirnya mereka menyibukkan diri dengan pelajaran serta berkutat dengan dunia remaja yang milik berdua.

"Katakan dimana kalian melakukannya?" tanya Nayla dengan pandangan mata penuh selidik

Puput dan Aji hanya diam tertunduk lesu, tidak sepatah kata terucap.

Nay melihat ke dinding. Hah! Sudah jam empat sore! Setengah berlari ia pergi ke kantor guru dan menelan pil pahit karena mendapati pintu kantor sudah terkunci, tanda ia harus minta kunci ke pak Rian. Berbalik ia menuju Puput dan Aji. Tidak bisa dengan tutur yang lemah lembut, masa harus dengan teriakan supaya keluar kata dari mulut mereka. Geram dan kesal, kesabarannya sudah di ubun ubun. Nayla kembali menemui pasangan kekasih itu mengambil lembar pernyataan yang sudah ditandatangani mereka.

"Put, ayahmu masih mengantar pesanan gorengan?" Membuka percakapan. Puput menggangguk, tapi wajahnya sudah basah.

"Ayahmu Aji?" Sambil Nay membuka bungkusan kopi dan menyeduhnya. Aji terlihat menggangguk juga dengan tertunduk.

Nay berkacak pinggang sambil menghirup aroma kopi dalam-dalam untuk menenangkan hati agar kuat menerima jawaban siswanya. Ditahannya suaranya supaya tidak bergetar menahan rasa emosi yang meluap.

"Jadi, kapan kalian melakukannya?" Nay menunggu jawaban, semenit, lima menit sampai keheningan yang menyingkap kesabaran Nay.

Andai mereka mau bersabar tinggal 3 bulan lagi ujian, dan menahan gejolak jiwa mereka hingga menyelesaikan sekolahnya. Bagaimana juga nasib masa depan mereka dengan orangtua kurang mampu? Puput dan Aji siswa berprestasi sayang sekali perbuatan yang dilakukan menenggelamkan impian indah dengan cinta sehari anak bau kencur. Berpikir seribu kali sebelum bertindak, ingat Allah ingat orangtua. Ingat itu! Ingat! Nay berkata lirih dalam hati sambil mengepalkan tangan seakan ingin berteriak. Miris. Mengapa? Mengapa? Kok bisa...

"Woiii! Dengar pertanyaan Ibu?" teriaknya

"Daripada kena skors tidak boleh mengikuti UN. Please jawab dengan jujur! Jadi Ibu bisa membantu kalian" Nay memelas. "Tolong pengertiannya, jujur saja. Kalian bisa mengandalkan Ibu Nay. Dimana kalian melakukannya?"

Tangan Puput gemetaran, terbata-bata menjawab bagai mengeja suku kata, "Ru...mah Aji," sambil memandang gurunya. Nay kaget, tidak habis pikir rumah Aji yang berdinding anyaman bambu, beratap seng dengan tidak selayaknya rumah. Kamar tidak berpintu hanya dibatasi kain dan plastik. Tempat tidur beralas tikar bisa melahirkan calon bayi di perut Puput. Dan Nay hanya tersenyum hambar bertanya kembali, "Kapan?"

Namun belum juga dijawabnya, Puput sudah pingsan tidak sadarkan diri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, cerita yang bikin miris Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

21 Jan
Balas

Amin, maturnuhun sdh mampir Bund. Sehat dan juga sukses selalu

21 Jan
Balas

Woy ceren...

21 Jan
Balas

Suwun Pak, makasih. sehat dan sukses selalu

22 Jan



search

New Post